Fairy tail.

From fairest creatures we desire increase, that thereby beauty's rose might never die

Lucy Heartfilia

But as the riper should by time decease, his tender heir might bear his memory

Wendy Marvell

A sky dragon slayer is angelic

Natsu Dragneel

Within thine own bud buriest thy content and, tender churl, makest waste in niggarding

Erza Scarlet

Making a famine where abundance lies, thyself thy foe, to thy sweet self too cruel

Juvia Lockser

Shy woman but creepy if she is angry

Gray Fullbaster

Ice magicians are cold-hearted, but he will go berserk if his friend if disturbed

Gajeel Redfox

Knight and brave iron man

Laxus Dreyar

Lightning man who is fast and invincible

Exceed Team

Magic cats, known as Exceed, have feelings and traits like humans

Bang Rey On Kamis, 04 Oktober 2018

 A.    Pengertian Fenomenologi






Kata “fenomenologi” berasal dari kata yunani ”fenomenom”, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenom atau segala sesuatu yang menampakan dirinya. Fenomenologi juga dapat diartikan sebagai fenomen (gejala) yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Kebalikan kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit gejala batuk, pilek. Dalam filsafat fenomenologi, arti diatas berbeda yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak perlu harus diaamati oleh panca indra, karena gejala juga dapat dilihat secara batiniah, dan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa yang kelihatan dalam dirinya sendiri apa adanya.






Dan yang lebih penting dalam filsfat fenomenologi sebagai sumber berpikir yang kritis. Pemikiran yang sedemikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif.
 B.     Sejarah Dan Perkembangan Aliran Fenomenologi
Tokoh fenomenologi adalah Edmund Husserl (1859-1938). Ia adalah pendiri fenomenologi yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang, dan manusia untuk mencapainya. Adapun inti pemikiran fenomenologi menurut Husserl adalah bahwa untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali pada “benda-benda” sendiri.



                                                                                                                   "Edmund Husserl pendiri teori fenomenologi"


      Karya Edmund yang berjudul logical investigations (1900) mengawali sejarahb lahirnya fenomenologi. Fenomenologi yang merupakan salah satu cabang ilmu filsafat, pertama kali dikembangkan di universitas-universitas jerman sebelum meletusnya perang dunia pertama khususnya oleh Edmund Husserl, yang kemudian dilanjutkan oleh Martin Haidehher dan yang lainnya, seperti Jean Paul Sarte. Selanjutnya Sartre, Heidegger, dan Merleau-Ponty memasukan ide-ide dasar fenomenologi dalam sudut pandang eksistensialisme.

       A.    Tokoh-Tokoh Fenomenologi

       1.      Edmund Husserl (1859-1938)






Inti pemikiran Edmund tentang fenomenologi yaitu untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali pada ”benda-benda” sendiri. Akan tetapi benda-benda tidak secara lansung memperlihatkan hakikat dirinya. Apa yang kita temui pada “benda-benda” itu dalam pemikiran biasa bukanlah hakikat. Hakikat benda itu ada dibalik yang kelihatan itu. Karena pemikiran pertama (first look) tidak membuka tabir yang menutupi hakikat, diperlukan pemikiran kedua (second look). Alat yang digunakan untuk menemukan hakikat pada pemikiran kedua ini adalah intuisi \.

Dalam usaha melihat hakikat melalui intuisi ini, Hysserl memperkenalkan pendekatan reduksi. Yamg dimaksud dengan reduksi dalam hal ini adalah penundaan segala pengetahuan yang ada tentang objek sebelum dilakuan pengamatan intuitif.

Ada tiga reduksi yang ditempuh untuk mencapai realitas fenomen dalam pendekatan fenomenologi,yaitu:
1)   Reduksi fenomenologis,
2)   Reduksi eidetis, dan
3)   Reduksi fenomenologi-transendental.
      2.      Max Scheller (1874-1928)





Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara tertentu untuk memandang realistis. Dalam hubungan ini kita mengadakan hubungan lansung dengan realitas berdasarkan intuisi.
Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman filsfat diantaranya:
1)   Fakta natural, yaitun berdasarkan pengalaman inderawi yang menyangkut benda-benda yang nampak dalam pengalaman biasa.
2)   Fakta ilmiah, yaitubyang mulai melepas diri dari penerapan inderawi yang langsung dan semakin abstrak.
3)   Fakta fenomenologis, merupakan isi intutif  yang merupakan hakikat dari pengalaman lansung.
3.      Martin Heidegger (1889-1976)





Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan sesamamnya. Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal yang diluar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan, atau pembicaraan. Bagi Heidegger untuk mencapai manusia utuh maka manusia harus merealisasikan segala potensinya meski dalam kenyataan seseorang itu tidak mampu merealisasikannya. Ia tetap sekuat tenaga tidak pantang menyerah dan selalu betanggung jawab atas potensi yang belum teraktualisasikan.
      4.      Maurice Merlean-ponty (1908-1961)





Sebagaimana halnya Husserl, ia yakin seorang filosof benar-benar harus memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman. Pengalamamnnya sendiri tentang realitas, dengan begitu dia menjauhi diri dari dua ekstrim yaitu :
Pertama, hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa yang telah dikatakan orang tentang relita, dan kedua hanya memeperhatikan segi-segi luar dari pengalaman tanpa menyebut-nyebut reakitas sama sekali.

  1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN FILSAFAT FENOMENOLOGI



Kelebihan filsafat fenomenoligi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan.
  2. fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar yang objektif.
  3. fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya.
Dengan demikian fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatan partial, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh mengenai objek yang diamati, hal ini lah yang menjadi kelebihan filsafat ini sehingga banyak dipakai oleh ilmuan-ilmuan pada saat ini terutama ilmuan sosial, dalam berbagai kajian keilmuan mereka termasuk bidang kajian agama.
Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari berbagai kelemahan, seperti :
  1. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
  2. Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound).

sumber: www.wikipedia.com

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments